Minggu, 07 Desember 2014

Agama Resume 132

اَلتَّوَازُنُ

Sikap terhadap Dua Hal
  • Tawazun (keseimbangan) sangat penting dalam kehidupan à tidak tawazun akan fatal akibatnya.
  • Biasanya tawazun berkaitan dengan mensikapi dua atau beberapa amal yang mesti dilakukan agar sikapnya tepat (adil): memberikan hak kepada yang berhak.
Tawazun di Alam Semesta
  • Allah SWT menciptakan langit dan semua isinya dengan tawazun.
  • 55:7-9 ada 3 sikap:1. Tawazun: وَوَضَعَ الْمِيزَانَ à وَأَقِيمُوا الْوَزْنَ بِالْقِسْطِ 2. Jangan berlebihan: أَلا تَطْغَوْا فِي الْمِيزَانِ.
    3. Jangan mengurangi: وَلا تُخْسِرُوا الْمِيزَانَ
  • Ada perintah dan larangan agar tetap menjaga keseimbangan (tawazun).
  • Bagaimana sikap tawazun dalam diri manusia?
Fitrah Manusia
  • Allah SWT menciptakan manusia dengan membawa fitrah (30:30 ) yang suci (ISLAM, TAUHID 7:172) كُلُّ مَوْلُودٍ يُولَدُ عَلَى الْفِطْرَةِ فَأَبَوَاهُ يُهَوِّدَانِهِ أَوْ يُنَصِّرَانِهِ أَوْ يُمَجِّسَانِهِ. Setiap bayi dilahirkan atas dasar fitrah, maka kedua orang tuanyalah yang menjadikannya Yahudi, Nasrani, atau Majusi.
HANIF
  • Adanya fitrah inilah yang membuat manusia memiliki kecenderungan kepada kebaikan atau yang disebut HANIF.
  • Maka kecenderungan baik (hanif) mesti dipertahankan à 30:30 perintah untuk perhatian terhadap DIEN YANG LURUS, yang akan membawa fitrah tetap pada jalan yang lurus.
  • Ingat! Bahan baku yang telah diberikan Allah itu baik, tapi jika tidak dipelihara akan rusak
Memelihara Fitrah
  • Agar fitrah yang hanif ini terpelihara dengan baik, perlu bersikap TAWAZUN terhadap 3 potensi manusia: jasad, akal, dan ruh.
  • Manusia menurut Islam terdiri dari 3 unsur:1. JASAD (physical being).2. AKAL (intellectual being).3. RUH (spiritual being) à Barat sering melupakan yang ini.
  • Makanan yang Seimbang.
  • Bagaimana sikap tawazun terhadap ketiga potensi itu?
  • Memberi makanan (اَلْغِذَاءُ) ketiganya secara tawazun
  • Seimbang atau adil: sesuai keperluannya, bukan mesti sama
Makanan Jasad ( اَلْغِذَاءُ اَلْجَسَدِيُّ )
  • Makanan jasad, ya makanan yang biasa kita makan: nasi, tahu, tempe, daging, sayur, susu, madu, air, dll.
  • Kurang makanan à lemah, sakit, bahkan bisa mati (kelaparan).
  • Allah SWT telah menyediakan makanan untuk manusia dengan dua patokan:
  • Halal dan baik 2:168, 5:88, 8:69, 16:114.
  • Tidak berlebihan 6:141, 7:31
Makanan Akal (اَلْغِذَاءُ اَلْعَقْلِيُّ)
  • Makanan akal adalah ILMU.
  • Kurang ilmu à akalnya lemah, “kurus” (bodoh)
  • Seperti makanan jasad, ilmu pun mesti yang baik sehingga bermanfaat
  • Ilmu yang buruk: ilmu sihir, ilmu mencuri, dll
Ayat-ayat yang Pertama Turun: ILMU

1. Ada tiga surat yang pertama turun:
    a. Al-’Alaq: 1-5 à perintah membaca (iqra’).
    b. Al-Qalam à ayat 1 Demi PENA dan apa yang DITULIS.
    c. Al-Muzammil:1-19 à perintah membaca al-Qur’an dengan perlahan (tartil).
2. Pada masa kejayaan Islam, ilmu pengetahuan berkembang dengan pesat

HIKMAH
  • Jika ilmu itu berkembang dengan baik, maka akan muncul hikmah (sikap bijak).
  • 2:269 hikmah = kebaikan yang banyak.
             a. Hikmah adalah memahami al-Qur’an.b. Hikmah adalah kesesuaian ucapan dan perbuatan (الإصابة في القول والفعل).c. Hikmah adalah mengenal agama, memahaminya, dan mengikutinya.d. Hikmah adalah pemahaman.e. Hikmah adalah rasa takut (al-khasyyah) kepada Allah, karena pangkal segala sesuatu adalah takut kepada Allah.
Makanan Ruh (اَلْغِذَاءُ اَلرُّوْحِيُّ)
  • Makanan ruh adalah dzikrullah (ingat kepada Allah).
  • Inilah makanan yang kurang mendapatkan perhatian manusia pada umumnya
  • “Lapar”-nya tidak terasa, padahal fenomenanya sudah muncul: gelisah, tidak dapat tidur.
  • Padahal ruh itu PENGENDALI diri kita
Dzikrullah
  • 33:41 dzikir yang banyak (ciri mu’min)
  • 4:142 dzikir yang sangat sedikit (ciri munafik).
  • Aku terserah kepada persangkaan hamba-Ku terhadap Ku, jika ia menginat-Ku (baca: berdzikir) dalam diri-Nya, aku akan menyebutnya dalam diri-Ku. Jika ia mengingat-Ku didalam sebuah jamaah, aku akan menyebutnya di dalam jamaah yang lebih baik dari mereka.” (Hadits Qudsi, MuttafaqunAlaihi dari hadits Abu Hurairah).
Orang yang Arif
  • Dzikir di sini bukanlah sebatas dzikir ucapan, tetapi;
             a. Taubat itu merupakan dzikir,b. Tafakkur itu dzikir,c. Menuntut ilmu itu dzikir,d. Mencari rezeki-jika niatnya baik-jiga termasuk dzikir,e. Dan segala sesuatu yang di sana ada upaya taqarrub kepada Allah dan anda selalu waspada akan       pengawasan-Nya kepada anda, maka itu adalah dzikir.
  •        Oleh karena itu orang yang arif adalah orang yang bisa berdikir di setiap waktu dan kesempatan
Adab Berdzikir
  1. Khusyu, menghadirkan hati dan pikiran akan makna-makna lafal yang terucap, berusaha terwarnai olehnya, serta berusaha menetapi maksud dan tujuannya.
  2. Merendahkan suara sebisa mungkin, dengan konsentrasi yang penuh dan iradah yang sempurna, sehingga tidak mengganggu yang lain (Al-A’raf: 205).
  3. Sesuai dengan jamaah (irama dan suaranya), jika kebetulan dzikirnya itu bersama jamaah. Usahakan agar tidak mendahului, terlambat, atau mengungguli bacaan mereka.
  4. Bersih pakaian dan tempat, memperhatikan tepat-tempat yang terhormat dan waktu-waktu yang sesuai.
  5. Mengakhiri dengan penuh khusudan adab, menjauhi kesalahan dan main-main, yang hal itu bisa menghilangkan faedah dan pengaruh dzikir.
Macam-macam Dzikir
  • Al-Wazhifah
  • Wirid Qur’an
  • Doa-doa siang dan malam
  • Doa-doa yang ma’tsur dalam berbagai kesempatan
  • Wirid Ikhwan: wirid doa dan wirid rabithah.
Ni’mat Lahir dan Batin
  • Jika jasad, akal, dan ruh terpenuhi keperluannya dengan tawazun, maka itulah ni’mat yang sejati: lahir dan batin (31:20).
  • Kehidupannya akan stabil, tidak mudah tergoncang.

Senin, 24 November 2014

Resume Agama 14



MANAJEMEN WAKTU 

ARTI WAKTU

1. Untuk mengetahui arti satu tahun, tanya pada seorang siswa yang gagal SPMB.
2. Untuk mengetahui arti satu bulan, tanya pada ibu yang melahirkan bayi prematur.
3. Untuk mengetahui arti satu minggu, tanya pada editor majalah mingguan.
4. Untuk mengetahui arti satu hari, tanya pada buruh harian yang punya enam orang anak.
5. Untuk mengetahui arti satu jam, tanya pada orang yang sedang mengerjakan ujian.
6. Untuk mengerti arti satu menit, tanya pada orang yang ketinggalan kereta.
7. Untuk mengetahui arti satu detik, tanya pada seseorang yang selamat dari kecelakaan.
8. Untuk mengetahui arti satu milidetik, tanya seseorang yang memenangkan medali di Olimpiade.

MANAJEMEN WAKTU
Manajemen waktu adalah perencanaan, pelaksanaan dan pengendalian, dan evaluasi penggunaan waktu.

STRATEGI PENJADWALAN
•  Buat daftar kegiatan yang akan dikerjakan
•  Buat skala prioritas dari tiap kegiatan
•  Perkirakan waktu yang diperlukan untuk menyelesaikan tiap kegiatan
•  Alokasikan waktu untuk tiap kegiatan
•  Kendalikan penggunaan waktu agar tercapai efisiensi
•  Evaluasi penetapan jadwal

PENYEBAB PENUNDAAN
•  Menghindari hal yang dianggap tidak menarik, tidak menyenangkan, atau tidak penting.
•  Tugas sangat kompleks sehingga mengurangi motivasi
•  Merasa masih memiliki banyak waktu
•  Malas

MENGHILANGKAN KEBIASAAN MENUNDA
•  Amati kelakuan menunda
•  Temukan alasan penundaan
•  Singkirkan pikiran negatif
•  Jangan terus bekerja dalam tekanan
•  Jangan terbawa perasaan
•  Percaya diri untuk memulai


Mulai saat ini.

Resume Agama 13

اَلتَّوَازُنُ

Sikap terhadap Dua Hal
  • Tawazun (keseimbangan) sangat penting dalam kehidupan à tidak tawazun akan fatal akibatnya.
  • Biasanya tawazun berkaitan dengan mensikapi dua atau beberapa amal yang mesti dilakukan agar sikapnya tepat (adil): memberikan hak kepada yang berhak.
Tawazun di Alam Semesta
  • Allah SWT menciptakan langit dan semua isinya dengan tawazun.
  • 55:7-9 ada 3 sikap:1. Tawazun: وَوَضَعَ الْمِيزَانَ à وَأَقِيمُوا الْوَزْنَ بِالْقِسْطِ 2. Jangan berlebihan: أَلا تَطْغَوْا فِي الْمِيزَانِ.
    3. Jangan mengurangi: وَلا تُخْسِرُوا الْمِيزَانَ
  • Ada perintah dan larangan agar tetap menjaga keseimbangan (tawazun).
  • Bagaimana sikap tawazun dalam diri manusia?
Fitrah Manusia
  • Allah SWT menciptakan manusia dengan membawa fitrah (30:30 ) yang suci (ISLAM, TAUHID 7:172) كُلُّ مَوْلُودٍ يُولَدُ عَلَى الْفِطْرَةِ فَأَبَوَاهُ يُهَوِّدَانِهِ أَوْ يُنَصِّرَانِهِ أَوْ يُمَجِّسَانِهِ. Setiap bayi dilahirkan atas dasar fitrah, maka kedua orang tuanyalah yang menjadikannya Yahudi, Nasrani, atau Majusi.
HANIF
  • Adanya fitrah inilah yang membuat manusia memiliki kecenderungan kepada kebaikan atau yang disebut HANIF.
  • Maka kecenderungan baik (hanif) mesti dipertahankan à 30:30 perintah untuk perhatian terhadap DIEN YANG LURUS, yang akan membawa fitrah tetap pada jalan yang lurus.
  • Ingat! Bahan baku yang telah diberikan Allah itu baik, tapi jika tidak dipelihara akan rusak
Memelihara Fitrah
  • Agar fitrah yang hanif ini terpelihara dengan baik, perlu bersikap TAWAZUN terhadap 3 potensi manusia: jasad, akal, dan ruh.
  • Manusia menurut Islam terdiri dari 3 unsur:1. JASAD (physical being).2. AKAL (intellectual being).3. RUH (spiritual being) à Barat sering melupakan yang ini.
  • Makanan yang Seimbang.
  • Bagaimana sikap tawazun terhadap ketiga potensi itu?
  • Memberi makanan (اَلْغِذَاءُ) ketiganya secara tawazun
  • Seimbang atau adil: sesuai keperluannya, bukan mesti sama
Makanan Jasad ( اَلْغِذَاءُ اَلْجَسَدِيُّ )
  • Makanan jasad, ya makanan yang biasa kita makan: nasi, tahu, tempe, daging, sayur, susu, madu, air, dll.
  • Kurang makanan à lemah, sakit, bahkan bisa mati (kelaparan).
  • Allah SWT telah menyediakan makanan untuk manusia dengan dua patokan:
  • Halal dan baik 2:168, 5:88, 8:69, 16:114.
  • Tidak berlebihan 6:141, 7:31
Makanan Akal (اَلْغِذَاءُ اَلْعَقْلِيُّ)
  • Makanan akal adalah ILMU.
  • Kurang ilmu à akalnya lemah, “kurus” (bodoh)
  • Seperti makanan jasad, ilmu pun mesti yang baik sehingga bermanfaat
  • Ilmu yang buruk: ilmu sihir, ilmu mencuri, dll
Makanan Ruh (اَلْغِذَاءُ اَلرُّوْحِيُّ)
  • Makanan ruh adalah dzikrullah (ingat kepada Allah).
  • Inilah makanan yang kurang mendapatkan perhatian manusia pada umumnya
  • “Lapar”-nya tidak terasa, padahal fenomenanya sudah muncul: gelisah, tidak dapat tidur.
  • Padahal ruh itu PENGENDALI diri kita
Macam-macam Dzikir
  • Al-Wazhifah
  • Wirid Qur’an
  • Doa-doa siang dan malam
  • Doa-doa yang ma’tsur dalam berbagai kesempatan
  • Wirid Ikhwan: wirid doa dan wirid rabithah


Resume Agama 12

حَاجَةُ اْلإِنْسَانِ إِلَى الرَّسُوْلِ
Kebutuhan Manusia terhadap Rasul

Manusia Pertama
• Ketika Allah SWT menurunkan Adam AS beserta istrinya ke bumi, maka kemudian memiliki anak
• Setiap kali mengandung, Hawa melahirkan satu pasang anak kembar: laki-laki dan perempuan
• Syari’at yang diterapkan: perkawinan silang dan tidak boleh menikah dengan kembarannya

Fitrah Manusia (اَلْفِطْرَةُ)
• Allah SWT telah menanamkan fitrah (Islam) kedalam setiap janin yang sudah ditiupkan ruh
• Saat itulah Allah mengambil perjanjian kepada manusia dengan sebuah pertanyaan, “Apakah Aku ini Rabb kalian?” Maka semuanya membenarkannya dan menjadi saksi (7:172)
• Karena itulah, peradaban apapun yang berlaku pada manusia, purba ataupun modern, ada yang tidak dapat dihilangkan dari diri manusia

Mengakui Eksistensi Pencipta (وُجُوْدُ الْخَالِق)
• Fitrah yang ditanam oleh Allah tidak akan pernah hilang, yang terjadi adalah tertutupi dengan kotoran-kotoran lain
• Oleh karena itu, manusia pasti mengakui bahwa di balik alam semesta yang megah dan teratur ini, ada Penciptanya

Sang Pencipta
•  Ada yang menganggap bahwa Pencipta itu terbatas pada satu kemampuan: langit sendiri penciptanya, laut, gunung, awan, dll ada pencipta dan pemeliharanya sendiri-sendiri.
a. Bhrahma: dewa pencipta alam
b. Shiva: dewi perusak alam
•  Menyembah perusak lebih disukai dari pada pencipta, sehingga patung dewi Shiva yang lebih banyak disembah

Naluri Menyembah
• Fitrah itulah yang mendorong manusia memiliki naluri untuk menghormati, mengagumi, mensucikan, mengkultuskan Dzat yang dianggap Tertinggi
• Selanjutnya di hadapan Dzat atau berbagai Dzat itu mereka menundukkan diri, menghinakan diri, ruku’, sujud

Hidup yang Tertata (اَلْحَيَاةُ اَلْمُنَظَّمَةُ)
•  Fitrah juga mendorong manusia hidup secara teratur
   1. Mereka hidup berkelompok-kelompok (49:13)
   2. Mereka menunjuk satu orang sebagai pemimpin mereka
   3. Mereka mentaati aturan yang disepakati bersama atau yang ditentukan oleh sang pemimpin

Kekacauan
•  Ketiadaan petunjuk menyebabkan terjadinya berbagai macam kekacauan
–  Kacau dalam mempersepsikan Sang Pencipta
–  Kacau dalam peribadatan
–   Kacau dalam fanatisme dan penindasan terhadap rakyat oleh penguasa

Petunjuk Rasul (هِدَايَةُ الرَّسُوْلِ)
• Kekacauan itu, maka Allah mengirim para rasul untuk memberikan petunjuk kepada umat manusia
• 42:52-53 وَإِنَّكَ لَتَهْدِي إِلَى صِرَاطٍ مُسْتَقِيمٍ (Dan sesungguhnya kamu benar-benar memberi petunjuk kepada jalan yang lurus)
• Petunjuk itu berupa WAHYU yang Allah turunkan kepada para nabi dan rasul, di antaranya berupa shuhuf (87:18-19) dan kitab-kitab (2:2)

Beribadah dengan Benar
• Berkat petunjuk Rasul, manusia mengenal Allah SWT dengan benar dan mengikuti pedoman hidup yang sejati
• Dengan begitu, manusia akhirnya dapat beribadah kepada Allah SWT dengan ibadah yang benar
• 21:25 à sembahlah AKU saja
• 98:5 beribadah dengan memurnikan ketaatan

Resume Agama 11

Hasil-hasil Mengikuti Rasul SAW
(نَتَائِجُ اِتِّبَاعُ الرَّسُوْلِ )

KEBAIKAN DI DUNIA
  1. Cinta dari Allah (مَحَبَّةُ اللهِ)
  2. Rahmat dari Allah (رَحْمَةُ اللهِ)
  3. Hidayah dari Allah (هِدَايَةُ اللهِ)
  4. Kemuliaan (اَلْعِزَّةُ)
  5. Kemenangan (اَلْغَلَبَةُ)
1. Cinta dari Allah (مَحَبَّةُ اللهِ)
  • Cinta dari Allah à cinta tanpa pamrih karena berasal dari Dzat yang tidak perlu apapun dari makhlukNya
  • 3:31 kalau cinta kepada Allah à ITTIBA’ à cinta dari Allah
    1. Ini namanya cinta yang pasti berbalas, bukan bertepuk sebelah tangan
    2. Sababun-nuzul: pada masa Rasul beberapa kaum berkata kepada beliau, “Demi Allah, ya Muhammad, sungguh kami benar-benar mencintai Rabb kami.” Maka turunlah ayat ini à memerintahkan agar membuktikannya dengan ittiba’.
Jika Allah Mencintai HambaNya

Dan jika Allah sudah mencintai seorang hamba (فَإِذَا أَحْبَبْتُهُ), maka:
  • كُنْتُ سَمْعَهُ الَّذِي يَسْمَعُ بِهِ jadilah Aku sebagai pendengarannya yang ia gunakan untuk mendengar
  • وَبَصَرَهُ الَّذِي يُبْصِرُ بِهِ sebagai penglihatannya yang ia gunakan untuk melihat
  • وَيَدَهُ الَّتِي يَبْطِشُ بِهَا sebagai tangannya yang ia gunakan untuk berbuat
  • وَرِجْلَهُ الَّتِي يَمْشِي بِهَا sebagai kakinya yang ia gunakan untuk berjalan
  • وَإِنْ سَأَلَنِي لَأُعْطِيَنَّهُ  jika ia meminta (sesuatu) kepadaKu pasti Aku akan memberinya
  • وَلَئِنْ اسْتَعَاذَنِي لَأُعِيذَنَّهُ jika ia memohon perlindungan dariKu pasti Aku akan melindunginya (HR Bukhari)
2. Rahmat dari Allah (رَحْمَةُ اللهِ)
  • 3:132 taat Allah dan Rasul à RAHMAT
  • Ayat ini didahului oleh ayat riba (3:130-131)
  • Allah telah menekankan bahwa keuntungan itu dengan takwa bukan dengan riba
  • Bahkan riba = tindak kekafiran à neraka tempatnya
  • Ayat 132 menguatkan masalah takwa: realisasi takwa adalah taat dan taat membawa rahmat
  • Sesungguhnya amal kita bukan sebab kita masuk sorga, tapi masuk sorga karena rahmat
3. Hidayah dari Allah (هِدَايَةُ اللهِ)
  • 42:52-53 Rasul memberi petunjuk ke jalan yang lurus
  • Siapa ikut Rasul tidak akan tersesat karena beliau SAW telah melaluinya dari A sampai Z dan selamat تَرَكْتُ فِيكُمْ أَمْرَيْنِ لَنْ تَضِلُّوا مَا تَمَسَّكْتُمْ بِهِمَا كِتَابَ اللَّهِ وَسُنَّةَ نَبِيِّهِ
  • Telah kutinggalkan kepada kalian dua perkara yang tidak akan kalian tersesat selama berpegang teguh dengan keduanya: Kitab Allah dan Sunnah nabiNya (HR. Malik, Muslim)
  • Tidak ittiba’ = tersesat!
4. Kemuliaan (اَلْعِزَّةُ)
  • Harga diri, kewibawaan, dan kemuliaan kita ditentukan oleh sejauhmana ittiba’ kita kepada Rasul SAW
  • Orang munafik mengaku dirinyalah yang punya izzah, padahal Allah menyamakan munafikin = kayu yang bersandar (63:4)
    1. Ngempeng terus
    2. Tergantung orang lain à bagaimana punya izzah?
  • Izzah itu bagi Allah, RasulNya dan orang-orang beriman (63:8, 35:10)
  • Tidak ittiba’ = kehinaan
5. Kemenangan (اَلْغَلَبَةُ)
  • Jaminan kemenangan itu dari Allah, bukan dari pabrik kecap
  • Harus yakin!
  • Kenapa kadang kita ragu terhadap janji Allah ini bahwa kita pasti menang?
  • Karena ittiba’ kita kurang, melemah, sehingga optimis kita pun melemah
  • 5:56 tentara Allah pasti menang
  • 58:21 SK dari Allah: "Aku dan rasul-rasul-Ku pasti menang"
KEBAIKAN DI AKHIRAT

Di samping kebaikan di dunia, Allah akan memberikan kebaikan di akhirat.
1. Mendapatkan Syafaat (اَلشَّفَاعَةُ)
2. Keceriaan Wajah (نُضَارَةُ الْوَجِهِ)
3. Mendampingi Rasulullah (مُجَاوَرَةُ الرَّسُوْلِ)
4. Bersahabat dengan Orang-orang Shaleh (مُصَاحَبَةُ)
5. Kemenangan (اَلْفَلاَحُ)

1. Mendapatkan Syafaat (اَلشَّفَاعَةُ)
2. Keceriaan Wajah (نُضَارَةُ الْوَجِهِ)
Pada hari kiamat umat Rasul SAW wajah dan seluruh anggota wudhunya bercahaya à perumpamaan: kuda belang putih wajah dan kakinya di antara kuda yang semua hitam.
Beliau s.a.w. bersabda: "Sesungguhnya ummatku yang akan datang itu ialah dalam keadaan bercahaya wajahnya serta putih bersih tubuhnya dari sebab berwudhu' dan saya adalah yang terlebih dulu dari mereka itu untuk datang ke telaga - haudh," (Riwayat Muslim).

3. Mendampingi Rasulullah  (مُجَاوَرَةُ الرَّسُوْلِ)
4. Bersahabat dengan Orang-orang Pilihan (مُصَاحَبَةُ)
Siapa mereka?
Mereka adalah orang-orang mulia yang telah diberi nikmat oleh Allah, dan mereka hanya ada 4 golongan: para nabi, shiddiqin, syuhada, dan sholihin
4:69 وَحَسُنَ أُولَئِكَ رَفِيقًا Dan mereka itulah teman yang sebaik-baiknya.

5. Keberuntungan (اَلْفَلاَحُ)

Siapa yang ittiba’ dengan Rasulullah SAW maka akan mendapatkan keberuntungan di akhirat
23:1-11 ketetapan dari Allah bahwa orang-orang mu’min pasti beruntung, yakni mereka mengikuti semua ajaran Islam
Mereka itulah yang mewarisi: SORGA FIRDAUS
Mereka kekal di dalamnya

Tugas Agama Resume 10

TUGAS RASUL


MENGEMBAN MISI DAKWAH 
          Ini merupakan tugas umum beliau SAW sebagai Rasul, perintah untuk menyampaikan risalah Allah SWT menjamin perlindungan saat mengemban misi ini para rasul yang sebelumnya juga menyampaikan risalah Allah, mereka takut kepada-Nya dan mereka tiada merasa takut kepada seorang (pun) selain kepada Allah

Ada 4 misi dakwah yang diemban oleh Rasul SAW

1.Mengenalkan Pencipta:
Ciptaan pertama yang dikenalkan adalah MANUSIA itu sendiri, yang Allah ciptakan dari segumpal darah
2.Mengajarkan tatacara ibadah:
3.Menjelaskan pedoman hidup
3.Tarbiyah
 
 Misi Rasulullah SAW yang lainnya adalah mentarbiyah umat (62:2) à misi yang didoakan oleh Ibrahim AS (2:129)
Tarbiyah yang dilakukan Rasul SAW
> Membacakan (tilawah) ayat-ayat Allah
> Membersihkan jiwa (tazkiyatun-nafs)
> Mengajarkan (ta’lim)

Al-Qur’an dan Al-Hikmah  Kemudian dilanjutkan dengan MENGARAHKAN (تَوْجِيْهٌ) mereka menuju pribadi yang agung (rabbani 3:79) dan juga memberi nasihat (نَصِيْحَةٌ) kepada mereka (6:151-153)

1. menyampaikan sesuatu untuk mencapai kesempurnaan, dimana bentuk penyampaiannya satu dengan yang lain berbeda sesuai dengan tujuan pembentukannya.
2. menentukan tujuan melalui persiapan sesuai dengan batas kemampuan untuk mencapai kesempurnaan.
3. sesuatu yang dilakukan secara bertahap dan sedikit demi sedikit oleh seorang pendidik.
4. sesuatu yang dilakukan secara berkesinambungan, maksudnya tahapan-tahapannya sejalan dengan kehidupan, tidak berhenti pada batas tertentu, terhitung dari buaian sampai liang lahad.
5. dijadikan sebagai tujuan terpenting dalam kehidupan, baik secara individu maupun keseluruhan, yaitu untuk kemashlahatan ummat dengan asas mencapai keridhaan Allah SWT seperti tersirat dalam firman Allah:

"Tidak wajar bagi seorang manusia yang Allah berikan kepadanya Al kitab, hikmah dan kenabian, lalu ia berkata kepada manusia, 'hendaklah kamu menjadi penyembahku, bukan penyembah Allah'. Akan tetapi(dia berkata),'hendaklah kamu menjadi orang-orang rabbani, karena kamu selalu mengajarkan Al kitab dan disebabkan kamu tetap mempelajarinya."(Al Imran:79)

Tugas Agama Resume 9

SIFAT-SIFAT RASUL
(ِفَاتُ الرَّسُوْل)


1. SHIDIQ (JUJUR)

Setiap rasul pasti jujur dalam ucapan dan perbuatannya. Apa apa yang telah disampaikan kepada manusia baik berupa wahyu atau kabar harus sesuai dengan apa yang telah diterima dari Allah tidak boleh dilebihkan atau dikurangkan. Dalam arti lain apa yang disampaikan kepada manusia pasti benar adanya, karena memang bersumber dari Allah. Makanya setiap rasul pasti jujur dalam pengakuan atas kerasulannya. Dan kita sebagai manusia harus meyakinkanya dan beri’tikad bahwa semua yang datang dari Rasul baik perkataan atau perbuatan adalah benar dan hak. Karena apa yang diucapkan atau diperbuat oleh para rasul bukan menurut kemauannya sendiri. Ucapan dan perbuatannya itu tiada lain hanyalah wahyu yang diwahyukan atau risalah yang diterima dari Allah.
Sebagai bukti atas kebenaran para rasul, mereka telah dibekali dengan mukjizat mukjizat yang harus diyakini oleh setiap muslim kebenaranya. Dan tidak mungkin harus diyakini dan diteladani jika mereka (para rasul) itu tidak jujur. Tentu setelah itu apa yang telah diperintahkan Allah melalui perantaraan para rasul, kita sebagai muslim harus mengikuti dengan ta’at dan apa yang dilarang Allah kita tinggalkan.
وَمَآ آتَاكُمُ الرَّسُولُ فَخُذُوهُ وَمَا نَهَاكُمْ عَنْهُ فَانتَهُواْ
”Apa yang diberikan Rasul kepadamu maka terimalah dia. Dan apa yang dilarangnya bagimu maka tinggalkanlah,” (al-Hasyr, 7)
2. AMANAH (DIPERCAYA)

Amanah berarti bisa dipercaya baik dhahir atau bathin. Sedangkan yang dimaksud di sini bahwa setiap rasul adalah dapat dipercaya dalam setiap ucapan dan perbuatannya. Para rasul akan terjaga secara dhahir atau bathin dari melakukan perbuatan yang dilarang dalam agama, begitu pula hal yang melanggar etika.
إِنِّي لَكُمْ رَسُولٌ أَمِينٌ
“Sesungguhnya aku adalah seorang rasul kepercayaan (yang diutus) kepadamu,” (asy-syuara’ 143)
Maka hal yang muhal atau mustahil jika rasul itu terjerumus ke dalam perzinahan, pencurian, meminum minutan keras, berdusta, menipu dan lain sebagainya. Rasul tidak mungkin memiliki sifat hasud, riya’, sombong, dusta dan sebagainya. Jika para rasul telah melanggar etika berarti mereka telah bekhianat dan Allah tidak menyukai manusia yang berkhianat.

إِنَّ اللَّهَ لاَ يُحِبُّ الخَائِنِينَ
Allah berfirman,  “Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berkhianat.”(al-Anfal, 58)

3. TABLIGH (MENYAMPAIKAN)
Sudah menjadi kewajiban para rasul untuk menyampaikan kepada manusia apa yang diterima dari Allah berupa wahyu yang menyangkut didalamnya hukum hukum agama. Jika Allah memerintahkan para rasul untuk menyampaikan wahyu kepada manusia, maka wajib bagi manusia untuk menerima apa yang telah disampaikan dengan keyakinan yang kuat sebagai bukti atau saksi akan kebenaran wahyu itu.
الَّذِينَ يُبَلِّغُونَ رِسَالاَتِ اللَّهِ وَيَخْشَوْنَهُ وَلاَ يَخْشَوْنَ أَحَداً إِلاَّ اللَّهَ وَكَفَى بِاللَّهِ حَسِيباً
Allah berfirman, “(yaitu) orang-orang yang menyampaikan risalah-risalah Allah, mereka takut kepada-Nya dan mereka tiada merasa takut kepada seorang (pun) selain kepada Allah. Dan cukuplah Allah sebagai Pembuat Perhitungan.” (al-Ahzab, 39).
Hal ini bisa dikiyaskan bahwa jika Allah memberikan wahyu kepada para rasul untuk tidak disampaikan atau dirahasiakan kepada manusia, maka tidak wajib bagi manusia untuk mempelajarinya. Sedangkan menyampaikan adalah hal yang wajib dan menyembunyikan adalah hal yang terlaknat dan tercela.

4. FATHONAH (CERDAS)

Dalam menyampaikan risalah Allah, tentu dibutuhkan kemampuan, diplomasi, dan strategi khusus agar wahyu yang tersimpan didalamnya hukum hukum Allah dan risalah yang disampaikan bisa diterima dengan baik oleh manusia. Karena itu, seorang rasul wajib memiliki sifat cerdas. Kecerdasan ini sangat berfungsi terutama dalam menghadapi orang-orang yang membangkang dan menolak ajaran Islam.
Maka diharuskan bagi kita untuk meyakinkan bahwa para rasul itu adalah manusia yang paling sempurna dalam penampilan, akal, kekuatan berfikir, kecerdasan dan pembawaan wahyu yang diutus pada zamannya. Kalau saja para rasul itu tidak sesuai dengas sifat sifatnya maka mustahil manusia akan menerima dan mengakuinya. Sifat sifat itu merupakan satu hujjah bagi mereka agar apa yang disampaikan bisa diterima dengan baik.
وَتِلْكَ حُجَّتُنَآ آتَيْنَاهَآ إِبْرَاهِيمَ عَلَى قَوْمِهِ
Allah berfirman: “Dan itulah hujah Kami yang Kami berikan kepada Ibrahim untuk menghadapi kaumnya.” (al-An’am, 83)

 SIFAT-SIFAT MUSTAHIL BAGI RASUL

1. KIDZIB

Kidzib artinya adalah dusta. Semua Rasul adalah manusia-manusia yang dipilih oleh Allah SWT sebagai utusan-Nya. Mereka selalu memperoleh bimbingan dari Allah SWT sehngga terhindar dari sifat-sifat tercela. Setiap rasul benar ucapannya dan benar pula perbuatannya. Sifat dusta hanya dimiliki oleh manusia yang ingin mementingkan dirinya sendiri, sedangkan rasul mementingkan umatnya.

Allah SWT berfirman :

مَا كَذَبَ الْفُؤَادُ مَا رَأَى

“Hatinya tidak mendustakan apa yang dilihatnya.” (An-Najm : 11)

Di ayat yang lain Allah SWT berfirman :

وَلَوْ تَقَوَّلَ عَلَيْنَا بَعْضَ الْأَقَاوِيْلِ . لاَخَذْنَا مِنْهُ بِالْيَمِيْنِ . ثُمَّ لَقَطَعْنَا مِنْهُ الْوَتِيْنَ

“Dan sekiranya dia (Muhammad) mengadakan sebagian perkataan atau (nama) Kami, pasti Kami pegang dia pada tangan kanannya. Kemudian Kami potong pembuluh jantungnya.” (Al-Haqqah : 44-46)

2. KHIYAANAH

Khiyaanah artinya adalah berkhianat atau curang. Tidak mungkin seorang rasul berkhianat atau ingkar janji terhadap tugas-tugas yang diberikan Allah SWT kepadanya. Orang yang khianat terhadap kepercayaan yang telah diberikan kepadanya adalah termasuk orang yang munafik, rasul tidak mungkin menjadi seorang yang munafik.

Sepanjang sejarah belum pernah ada seorang rasul yang khianat kepada umatnya. Demikian pula terdahap amanat yang telah diterima dari Allah SWT. Ketika Rasulullah SAW menunaikan Haji Wada’, beliau berpidato di Padang Arafah seraya berkata :

أَيُّهَا النَّاسُ ! فَلاَ تَرْجِعُنَّ بَعْدِيْ كُفَّارًا يَضْرِبُ بَعْضُكُمْ رِقَابَ بَعْضٍ أَلاَ لِيُبَلِّغِ الشَّاهِدُ الْغَائِبَ . فَلَعَلَّ بَعْضَ مَنْ يُبَلِّغُهُ أَنْ يَكُوْنَ أَوْعَى لَهُ مِنْ بَعْضِ مَنْ سَمِعَهُ . أَلاَ بَلَّغْتُ ؟ اَللَّهُمَّ اشْهَدْ ! أَيُّهَا النَّاسُ ! إِنَّ رَبَّكُمْ وَاحِدٌ , وَإِنَّ أَبَاكُمْ وَاحِدٌ , كُلُّكُمْ مِنْ آدَمِ وَآدَمَ مِنْ تُرَابٍ , إِنَّ أَكْرَمَكُمْ عِنْدَ اللهِ أَتْقَاكُمْ , لَيْسَ لِعَرَبِيٍّ فَضْلٌ عَلىَ عَجَمِيٍٍّ إِلاَّ بِالتَّقْوَى . أَلاَ هَلْ بَلَّغْتُ ؟ اَللَّهُمَّ اشْهَدْ ! فَلْيُبَلِّغِ الشَّاهِدُ مِنْكُمُ الْغَائِبَ

“Hai manusia, janganlah engkau kembali menjadi kafir sesudahku sehingga yang satu golongan memerangi golongan yang lain. Ingatlah ! Yang hadir hendaklah menyampaikan kepada yang tidak hadir. Barangkali orang yang menerima pesan lebih pandai memelihara (pesan) daripada orang yang mendengarkannya secara langsung. Bukankah telah kusampaikan? Ya Allah, saksikanlah !
Hai manusia, sesungguhnya Tuhanmu adalah satu dan bahwasanya orang tuamu satu. Kamu semua dari Adam, sedangkan Adam itu dari tanah. Bahwasanya yang semulia-mulia orang di sisi Allah ialah yang paling taqwa di antara kamu. Tidak ada kelebihan orang Arab atas orang bukan Arab melainkan dengan taqwa kepada-Nya. Bukankah telah kusampaikan? Ya Allah, saksikanlah ! Yang hadir hendaknya menyampaikan (pesan ini) kepada yang tidak hadir.

3. KITMAAN

Kitmaan artinya adalah menyembunyikan. Semua ajaran yang disampaikan oleh para rasul kepada umatnya tidak ada yang pernah disembunyikan. Jangankan yang mudah dikerjakan dan difahami dengan akal fikiran, yang sulit pun akan disampaikan olehnya seperti peristiwa Isra dan Mi’raj Nabi Muhammad SAW.

Tugas rasul di dunia ini adalah menyampaikan wahyu Allah SWT kepada umat manusia sebagai pedoman hidup. Semua rasul bersifat tabligh atau menyampaikan wahyu dan mustahil bersifat kimaan atau menyembunyikan wahyu yang diamanatkan kepada dirinya. Dengan penuh semangat dan rasa tanggung jawab, para rasul melaksanakan tugas-tugasnya walaupun harus menanggung segala resiko yang akan terjadi. Contohnya, Nabi Ibrahim AS mendapat resiko dari Raja Namrud dan rakyatnya sehingga beliau dibakar. Nabi Musa AS bersama kaumnya (Bani Israil) bersusah payah menyelamatkan diri dari kejaran tentara Raja Fir’aun sehingga nyaris tertangkap olehnya. Nabi Muhammad SAW berlumuran darah saat dilempari batu oleh penduduk Thaif dan nyaris terbunuh saat akan hijrah ke Madinah. Kesemuanya itu merupakan resiko yang harus dihadapi para rasul dalam melaksanakan tugas sucinya.

Allah SWT berfirman :

إِنْ أَتَّبِعُ إِلاَّ مَا يُوْحَى إِلَيَّ قُلْ هَلْ يَسْتَوِى الْأَعْمَى وَالْبَصِيْرُ أَفَلاَ تَتَفَكَّرُوْنَ

“Aku tidak mengikuti kecuali yang diwahyukan kepadaku, katakanlah apakah sama orang yang buta dengan orang yang melihat? Maka apakah kamu tidak memikirkannya.” (Al-An’am : 50).

4. BALAADAH

Balaadah artinya adalah bodoh. Seorang rasul mempunyai tugas yang berat. Rasul tidak mungkin seorang yang bodoh. Jika rasul bodoh, maka ia tidak akan dapat mengemban amanat dari Allah SWT. Jadi, mustahil rasul memiliki sifat bodoh.

Allah SWT berfirman :

خُذِ الْعَفْوَ وَأْمُرْ بِالْعُرْفِ وَ أَعْرِضْ عَنِ الْجَاهِلِيْنَ

“Jadilah engkau pemaaf dan serulah orang yang mengerjakan ma’ruf serta berpalinglah dari orang-orang yang bodoh.” (Al-A’rof : 199)

Rasul yang diutus untuk manusia adalah manusia juga, bukan malaikat Oleh karena itu, Rasulullah SAW juga memperlakukan para sahabat secara manusiawi, bahkan kepada binatang dan tumbuhan pun memperlakukannya dengan sangat baik Muhammad saw. sangat mencintai sahabat-sahabatnya, menunjukkan kasih sayang kepada mereka, memanggil mereka dengan panggilan yang sangat mereka sukai, sigap memberi pelayanan kepada mereka, bahkan berusaha menjadikan sahabatnya bisa rehat. Diriwayatkan dari Anas bin Malik berkata, “Rasulullah saw. memberi minum kepada para sahabatnya. Para sahabat bertanya, “Wahai Rasulullah saw. hendaknya Engkau meminum terlebih dahulu? Rasulullah saw. Menjawab: “Pemberi minum suatu kaum, ia paling akhir meminum.” 
Suatu ketika ada seseorang masuk menemui Muhammad saw., tiba-tiba ia merasa merinding di hadapan keagungan Muhammad saw. Maka beliau berkata, “Tenangkan dirimu, saya bukanlah seperti raja. Saya adalah putra dari seorang perempuan Quraisy yang juga memakan Qadid.”
Adalah Aisyah ketika minum air gelas, maka Muhammad saw. meminum gelas tadi persis di bagian yang sama Aisyah minum. Beliau saw memberlakukan mereka dengan perlakuan sisi manusiawinya, yang difitrahkan Allah, tidak memaksakan diri dan membuat-buat.
“Suatu kali Aisyah menang dalam lomba lari, lain kali Muhammad saw. mengalahkan Aisyah. Dan Muhammad saw. mengatakan: “Kemenangan ini untuk membalas kekalahan sebelumnya.
Muhammad saw. suatu ketika telah shalat. Hasan bin Ali ra, masuk mendekatinya. Ketika beliau sujud, Hasan naik di pundak Rasulullah saw., maka Rasulullah saw. melamakan sujudnya, sehingga Hasan turun. Ketika Rasulullah saw. selesai shalat, sebagian sahabat bertanya kepadanya, “Apa yang menjadikan engkau lama dalam sujud? Beliau menjawab, “Sesungguhnya putraku telah naik di pundakku, maka aku tidak ingin mengusiknya dengan segera berdiri dari sujud.”
Orang Arab Badui mendatangi Muhammad saw. seraya berkomentar, “Kalian mencium anak-anak kalian? Sedangkan kami sama sekali tidak melakukan demikian!! Maka beliau saw. menjawab, “Atau apakah saya berkehendak bagimu agar Allah mencabut sikap kasih sayang dari hatimu?” Tentunya tidak! Hampir-hampir Muhammad saw. menyengsarakan dirinya karena banyak memikirkan mereka sepanjang waktu (18:6) Diriwayatkan dari Aisyah ra, berkata: “Ketika Rasulullah saw didustakan oleh kaumnya, Jibril AS mendatanginya seraya berkata, “Sungguh, Allah swt mendengar ucapan kaummu tentang engkau, mereka menginginkan kecelakaan bagimu. Dan Malaikat Gunung telah diperintahkan kepadamu, agar engkau memerintahkan sesuka kehendakmu. Malaikat gunung menawarkan kepada beliau saw. “Perintahkan aku apa yang engkau mau, agar aku menimpakan dua gunung besar itu kepada mereka.” Maka beliau menjawab, “Bahkan saya berharap agar Allah swt melahirkan dari keturunan mereka, orang yang menyembah Allah dan tidak menyekutukan-Nya dengan suatu apapun.” •Diriwayatkan dari Sahal bin Al Handhalah ra. berkata, “Rasulullah saw. suatu hari melewati seekor onta yang menahan beban berat di punggungnya. Maka Rasulullah saw bersabda, “Takutlah kepada Allah, dalam memperlakukan hewan ternak. Naikilah dengan cara baik dan beri makanlah dengan cara yang baik pula.” •Perasaanmu pernah terusik gara-gara melihat anak burung yang diceraikan dari ibunya. Abdullah bin Umar meriwayatkan: “Suatu hari kami bersama dengan Nabi Muhammad saw. dalam safar. Beliau saw. memenuhi hajatnya. Ketika itu beliau melihat ada dua burung kecil yang diambil dari ibunya. Maka Nabi saw. mengatakan, “Siapa yang menjadikan anak burung ini ketakutan? Kembalikan anak burung ini kepada ibunya.”
Biasanya disebut dengan MA’SHUMBukan berarti tidak pernah salah, tetapi kalau salah langsung diluruskan (ditegur) oleh Allah SWT 5:67 وَاللَّهُ يَعْصِمُكَ مِنَ النَّاسِ à turun setelah dua tahun di Madinah. Pada awal berada di Madinah teror musyrikin Makkah memang dirasakan sekali oleh beliau, sehingga setiap malam ada yang menjaga beliau. Saat ayat ini turun, maka sahabat yang menjaga malam itu disuruh pulang karena sudah ada jaminan keselamatan dari Allah 80:1 teguran tentang “cara dakwah Rasul” yang lebih mementingkan ketokohan, bukan pada orang yang siap meneriman perubahan (قَابِلُ التَّغْيِيْرِ) 66:1 à lihat catatan kaki Qur’an terjemah Depag RI  Apa yang disampaikan selalu benar, bukan dusta Tak pernah sekalipun beliau berdusta, bahkan ketika bergurau
Ketika di bukit Shafa beliau bertanya, “Apa pendapat kalian jika kukabarkan bahwa di lembah ini ada pasukan kuda yang mengepung kalian, apakah kalian percaya kepadaku?”“Benar,” jawab mereka, “kami tidak pernha mempunyai pengalaman bersama engkau kecuali kejujuran.”Apa yang disampaikan selalu benar, bukan dusta Tak pernah sekalipun beliau berdusta, bahkan ketika bergurau
Setiap Rasul mesti cerdas, karena tantangan kaum atau umatnya yang bermacam-macam 2:258 Ibrahim AS mampu mematahkan argumentasi Namrud dengan telak sampai dia tak mampu berbicara sepatah kata pun Peristiwa peletakkan hajar aswad ketika beliau berumur 35 tahun menunjukkan kecerdasan beliau yang mampu menyatukan mereka Berdakwah di wilayah yang sangat menentangnya tentu mesti cerdas sehingga dakwah tetap berlangsungBeberapa Contoh Kecerdasan Beliau Saat kondisi terjepit, maka Rasulullah memerintahkan para sahabat untuk hijrah ke Habasyah karena di sana ada raja nasrani yang baik Memimpin orang-orang hebat yang berkumpul dalam satu kota (Madinah) tentu memerlukan kecerdasan luar biasa, apalagi latar-belakang mereka berbeda-beda, ditambah lagi ada gangguan dari munafikin dan YahudiKecerdasan Nabi dalam Hijrah> Keluar dari rumah malam hari ketika para pengintai tertidur>Keluar kota Mekkah siang hari ketika mereka juga tidur qailulah>Melalui jalan menuju Syam, bukan Madinah>Pembagian tugas yang sangat rapi.
KOMITMEN (اَلاِلْتِزَامُ)
          Berbagai gangguan dan godaan dalam perjuangan dakwah dapat ditangani dengan baik oleh Rasulullah
         menggambarkan dahsyatnya rencana atau program orang-orang kafir untuk memalingkan Rasul dari dakwahnya sehingga hampir saja Rasul berpaling sedikit kalau tidak dikokohkan Allah SWT

Mengikuti dakwah Rasul memerlukan iltizam (komitmen) agar gerak dakwah dapat terus majU Akan tetapi karena jalan dakwah itU perjalanan yan Panjang jalannya Sedikit orang yang mau mengembannya, banyak cobaannya doa minta tidak disimpangkan setelah mendapat petunjuk   maka tidak sedikit yang berguguran di jalan dakwah
Akhlak yang agung itu adalah akhlak al-Qur’an
Semua perkataan dan perbuatan beliau SAW adalah apa yang ada dalam al-Qur’an  Siti Aisyah ra ketika ditanya akhlak beliau, menjawab, كَانَ خُلُقُهُ الْقُرْآنَ (akhlaknya adalah Al-Qur’an) Ketika membina umat, maka muncullah GENERASI QUR’ANI YANG UNIK (جِيْلُ الْقُرْآنِ الْفَرِيْدِ) Wajar kalau kemudian beliau SAW ditetapkan oleh Allah SWT sebagai teladan yang baik
Teladan yang baik adalah memiliki idola yang seperti di bawah ini :
  • Idolanya bukan artis, pemain bola, atau lainnya
  • Idolanya adalah Rasulullah SAW
  • Semboyannya adalah “Rasul sebagai teladan kami” (اَلرَّسُوْلُ قُدْوَتُنَا)
  • Mulailah dari yang kecil, misalnya makan dengan tangan kanan, atau apapun yang baik selalu dimulai dengan yang kanan.
  • Sampai mengikuti jejak jihad beliau SAW

Sabtu, 15 November 2014

Tugas resume 8

Ma’rifatur Rasul(mengenal Rasul)

قال الله تعالى: لَقَدْ مَنَّ اللَّهُ عَلَى الْمُؤْمِنِينَ إِذْ بَعَثَ فِيهِمْ رَسُولًا مِنْ أَنْفُسِهِمْ يَتْلُو عَلَيْهِمْ آَيَاتِهِ وَيُزَكِّيهِمْ وَيُعَلِّمُهُمُ الْكِتَابَ وَالْحِكْمَةَ وَإِنْ كَانُوا
مِنْ قَبْلُ لَفِي ضَلَالٍ مُبِينٍ

Allah SWT berfirman:
Sungguh Allah telah memberi karunia kepada orang-orang yang beriman ketika Allah mengutus diantara mereka seorang Rasul dari golongan mereka sendiri, yang membacakan kepada mereka ayat-ayat Allah, membersihkan (jiwa) mereka, dan mengajarkan kepada mereka Al kitab dan Al hikmah. dan Sesungguhnya sebelum (kedatangan Nabi) itu, mereka adalah benar-benar dalam kesesatan yang nyata. (Ali Imran:164)
Rasul adalah lelaki yang dipilih dan diutus Allah dengan risalah Islam kepada manusia. (Al-Kahfi:110, Al-An’am:9). Rasul adalah manusia pilihan yang kehidupannya semenjak kecil termasuk ibu bapaknya sudah dipersiapkan untuk menghasilkan ciri-ciri kerasulannya yang terpilih dan mulia. (Al-Ahzab:40)
Peran dan fungsi Rasul
•       Pembawa Risalah; membawa risalah Islam yang berpedoman pada Al-Qur’an. (Al-Maidah:67, Al-Ahzab:39)
•       Sebagai model (teladan); menjadi uswah hasanah dalam berbagai kehidupannya, baik perkataan, perbuatan, sifat dan karakternya. (Al-Ahzab:21)
Alamatu Risalah (tanda-tanda kerasulan)
  1. Sifatul Asasiyah. Akhlaq mulia yang terdiri dari shiddiq, tabligh, amanah dan fathanah.
  1. Mukjizat; sementara dan kekal (Al-Qur’an)
  2. Berita Gembira; (As-Shaff:6)
  3. An-Nubuwah (kenabian);
  4. At-Tsamarat (Buah dari kenabian); (Al-Fath:29)
Kedudukan Rasulullah saw
  1. Abdun min Ibadillah.
•       Seorang manusia biasa
•       Seorang yang memiliki keturunan
•       Seorang yang memiliki anggota tubuh
  1. Pembawa risalah
  2. Salah seorang utusan Allah
•       Menyampaikan risalah
•       Menunaikan amanah
•       Pemimpin umat
Pentingnya mengikuti Nabi saw
  1. Mahabbatullah (cinta dari Allah),
  2. Rahmatullah (kasih sayang-Nya),
  3. Hidayatullah (petunjuk dari-Nya),
  4. Mushahabatul akhyar fil jannah (bersama orang-orang pilihan di surga),
  5. Asy-syafa’ah (mendapatkan syafaat dari Rasulullah saw), 
  6. Nadharatul wajhi (muka yang bersinar dan berseri di surga),
  7. Mujawaratu ar-rasul (menjadi tetangga Rasulullah saw di surga),
  8. Izzatun-nafsi (meperoleh kemuliaan jiwa di dunia dan akhirat),
  9. Al-falah (kemenangan & keberuntungan)

    Semua itu jelas merupakan as-sa’adah (kebahagiaan) hakiki di dunia maupun di akhirat.

Tugas resume 7

 ILMU ALLAH

Ilmu allah sangatlah luas dibandingkan ilmu makluknya , manusia tidak sanggup untuk meneuliskannya , meskipun dengan tinta dari 7 lautan dan pena dari semua pepohonan yang ada takkan cukup .
allah adalah pencita segala nya 
Menciptakan yang telah ada dan tiada allah selau memperbarui dalam penciptaan nya salah satu buktiny adalah allah menciptakan alam ini dalam 6 hari (ahad - jumát dan beristrahat pada hari sabtu kalau allah berhenti menciptakan maka hancurlah alam semesta ini . 
karena penciptaan nya maka allah adalah yang paling tau  berkat rahmad allah dapat membagi ilmu nya kepada mahluknya , termasuk manusia  terdapat dua jalur yaitu :
1. jalur khusus ( cepat ) atau sering di sebut jalur resmi  karena jalur resmi maka hanya orang - orang tertentu yang khusus menerimanya salah satu nya dalah wahyu allah ,
wahyu memiliki 4 artian yang membuat pihak - pihak mendapat wahyu ini lantas di sebut wahyu Nabi atau Rasul apabila semua yang mendapatkan wahyu di sebut rasul maka nabi dan setan , leabh , langit , bumi , wanita kita harus dapat menbedakan nya contoh nya dalah pemberitahuan akan karunia dan petunjuk yang allah berikan kepada maryam saat melahirkan melalui malaikat dalam bentuk seseorang laki - laki bukan berati maryam adalah nabi .
2. jalur umum ( lambat ) atau jalur tidak resmi  yaitu beruipa ilham tidak melalui perantara para Rasul atau nabi allah yang di berikam langsun kepada allah  yang di smapaikan kepada manusia secara langsung  yaitu kecerdasan berfikir ,  kecerdasan manusia berbeda - beda pada hakikatnya semua manusia cerdas hanya saja berbeda - beda kecerdasan nya  termasuk semua mahluk yang ada di dunia ini  
Ada sinergi yang sangat baik antara ayat-ayat kauniyah dan ayat-ayat qauliyah, karena keduanya berasal dari sumber yang satu dan merupakan tanda-tanda kekuasaan-Nya. Ayat-ayat qauliyah memberikan isyarat-isyarat kepada para ulama dan ilmuwan untuk melakukan kajian dan penelitian terhadap fenomena alam, hasilnya merupakan bukti kebenaran ayat-ayat qauliyah itu. Sebagai contoh, al-Qur’an mengatakan bahwa kita mengira bahwa bumi ini diam padahal ia bergerak seperti halnya awan. Penelitian ilmiah membuktikan bahwa bumi bergerak demikian.

Dalam sebuah riwayat Rasulullah saw. mengatakan.: “Apabila ada lalat hidup di air minum, hendaklah tenggelamkan sekalian.” Penelitian ilmiah membuktikan bahwa salah satu sayap lalat membawa microba dan sayap lain membawa anti microba yang hanya akan efektif kalau mendapatkan tekanan dengan ukuran tertentu yaitu dengan menenggelamkannya. Sinergi yang baik antara kedua ilmu itu akan memberikan kemaslahatan yang besar bagi kehidupan umat manusia.

Wahyu datang dari Allah Yang Maha Mengetahui meka seharusnya berlapang dada untuk menjadikan wahyu sebagai pedoman hidup sebab kebenarannya adalah kebenaran yang mutlak. Akan tetapi, ilham [penemuan-penemual ilmiah yang dilakukan manusia] tidak dapat dijadikan sebagai pedoman hidup karena kebenarannya tidak mutlak. Kebenaran ilham merupakan kebenaran eksperimental yang kadang terbukti sesuai dengan wahyu namun terkadang terbukti sebaliknya. Penemuan ilmiah yang satu terbantah oleh eksperimen yang dilakukan oleh ilmuwan yang lain, bahkan tidak jarang terjadi bahwa penemuan seorang ilmuwan kemudian termentahkan oleh penemuannya sendiri di waktu yang lain.

Kebenaran sains dan kemajuan teknologi dapat digunakan untuk sarana kehidupan, dalam rangka melaksanakan tugas memakmurkan bumi. Namun harus tetap memperhatikan batas-batas syar’i yang terdapat dalam ayat-ayat qauliyah. Penggunaan sains dan teknologi yang tidak mengindahkan batas-batas wahyu seringkali menimbulkan dampak negatif terhadap ekosistem dan keseimbangan alam. Bila ini yang terjadi, tentu bukan kemashlahatan yang akan dinikmati umat manusia. Sebaliknya yang terjadi selalu saja berupa kerusakan, tragedi, petaka, bencana, dan kehancuran. Semua petaka tersebut adalah akibat ulah tangan manusia sendiri ,manusia yang sempurna secara benar Hanya dengan memposisikan secara benar antara AQ sebagai pedoman hidup dan AK sebagai sarana hidup manusia akan mencapai kesempurnaan Saat memanfaatkan karunia Allah di alam semesta ini di samping sesuai dengan ilmu pengetahuan juga dilandasi moral Al-Qur’an  Hidup yang penuh berkah  hidup yang baik
Di dunia baik dan di akhirat pun baik serta selamat dari siksa api neraka.

Resume tugas 6

Syarat-syarat Diterimanya Syahadat (شُرُوْطُ قَبُوْلِ الشَّهَادَتَيْنِ)

Syarat-syarat Diterimanya Syahadatain
· Kunci Sorga

1. Dalam atsar disebutkan
قِيلَ لِوَهْبِ بْنِ مُنَبِّهٍ أَلَيْسَ لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ مِفْتَاحُ الْجَنَّةِ قَالَ بَلَى
Ditanyakan kepada Wahab bin Munabbih, "Bukankah laa ilaaha illallah itu merupakan kunci surga?" Wahab menjawab, "Benar,”

2. وَلَكِنْ لَيْسَ مِفْتَاحٌ إِلَّا لَهُ أَسْنَانٌ فَإِنْ جِئْتَ بِمِفْتَاحٍ لَهُ أَسْنَانٌ فُتِحَ لَكَ وَإِلَّا لَمْ يُفْتَحْ لَكَ
tetapi tidak dinamakan kunci kalau tidak mempunyai gigi. Jadi, jika kamu datang dengan membawa kunci bergigi tentu kamu akan dibukakan, dan jika tidak demikian, pasti tidak dibukakan untukmu."

· Syahadat yang Memenuhi Syarat
1. Syahadat yang memenuhi syarat itu seperti kunci yang punya gigi
2. Apabila satu gigi kunci patah, maka kunci tidak dapat digunakan
3. Begitu pun syarat syahadatain, harus terpenuhi semuanya, tidak boleh ada yang rusak

· Syarat pertama syahadat
1. ILMU YANG MENIADAKAN KEBODOHAN
(اَلْعِلْمُ اَلْمُنَافِيْ لِلْجَهْلِ)
· Seseorang yang bersyahadat harus memiliki ilmu tentang syahadat yang diucapkannya
· Orang yang bersyahadat tanpa mengetahui makna/kandungan syahadat tidak diterima
· 3:18 bahwa yang diakui syahadat (persaksian)-nya hanya tiga pihak: Allah, malaikat, dan orang-orang yang berilmu
o شَهِدَ اللَّهُ أَنَّهُ لا إِلَهَ إِلا هُوَ وَالْمَلائِكَةُ وَأُولُو الْعِلْمِ قَائِمًا بِالْقِسْطِ لا إِلَهَ إِلا هُوَ الْعَزِيزُ الْحَكِيمُ
· Syahadat orang yang berilmu disejajarkan dengan syahadatnya Allah dan malaikat
· Ditempatkannya syahadat orang yang berilmu setelah syahadatnya malaikat merupakan pujian dari Allah

2. KEYAKINAN YANG MENGHILANGKAN KERAGUAN

· Orang yang bersyahadat harus menghasilkan keyakinan pada dirinya, tanpa keraguan sedikit pun, tentang keesaan Allah dan kerasulan Nabi SAW
· 49:15 yang disebut mu’min yang sempurna HANYALAH (إِنَّمَا الْمُؤْمِنُونَ) orang-orang yang
o Beriman kepada Allah dan rasulNya
o Kemudian mereka TIDAK RAGU-RAGU (ثُمَّ لَمْ يَرْتَابُوا)

3. KETULUSAN (KEBENARAN) YANG MENGHILANGKAN KEBOHONGAN

· Ketulusan atau kejujuran atau kebenaran dan tidaknya syahadat seseorang itu dengan ujian
o 29:2-3 anggapan yang salah bahwa akan dibiarkan begitu saja mengatakan beriman tanpa diuji
o 2:214 anggapan yang salah bahwa masuk surga itu mudah tanpa harus melewati berbagai ujian
i. Mereka ditimpa oleh malapetaka dan kesengsaraan, serta digoncangkan (dengan bermacam-macam cobaan)
ii. Kegoncangan itu sampai Rasul dan pengikutnya meradang kepada Allah: Bila datangnya pertolongan?

4. CINTA YANG MENGHILANGKAN KEMARAHAN DAN KEBENCIAN

· Orang yang bersyahadat harus menghasilkan cinta yang sempurna kepada Allah, Rasul dan jihad
· 2:165 وَالَّذِينَ آمَنُوا أَشَدُّ حُبًّا لِلَّهِ (Adapun orang-orang yang beriman sangat cinta kepada Allah)
· 9:24 cinta kepada Allah, Rasul dan jihad di atas segalanya (bapak, anak, istri, kaum keluarga, harta, perniagaan, dan rumah tempat tinggal)

5. PENERIMAAN YANG MENGHILANGKAN PENOLAKAN

· Orang yang bersyahadat harus menerima segala konsekuensi dari syahadat yang diucapkan à Adanya JUAL-BELI dengan Allah
· 9:111 Allah membeli orang beriman jiwa dan hartanya dengan sorga
· 61:10-13 perniagaan yang dapat menyelamatkan dari api neraka
o Beriman kepada Allah dan RasulNya
o Berjihad di jalan Allah dengan harta dan jiwa

6. PELAKSANAAN YANG MENGHILANGKAN KEPASIFAN, MENINGGALKAN DAN KETIADAAN AMAL
· Orang yang telah bersyahadat harus melaksanakan semua ketentuan Islam
· 24:51 diseru langsung ok
· 2:124 Nabi Ibrahim menunaikan SEMUA perintah Allah dengan SEMPURNA
· 2:131 أَسْلِمْ à أَسْلَمْتُ لِرَبِّ الْعَالَمِينَ

KESIMPULAN
· Agar syahadat kita diterima maka harus didukung oleh ilmu, keyakinan, keikhlasan, ketulusan, kecintaan, penerimaan, dan pelaksanaan

· RIDHO (اَلرِّضَى)
1. Kalau cintanya sangat tinggi kepada Allah (2:165), tentu dia akan RIDHO kepada Allah
2. Apapun yang dikehendaki oleh yang dicintai tentu ia ridho menerimanya (76:30)
a. وَمَا تَشَاءُونَ إِلَّا أَنْ يَشَاءَ اللَّهُ
b. Dan kamu tidak mampu (menempuh jalan itu), kecuali bila dikehendaki Allah.
3. Tiada seorang pun yang mampu memberi hidayah kepada dirinya dan tiada pula mampu memasukkan iman kedalam hatinya serta tiada yang mampu mendatangkan manfaat bagi dirinya kecuali bila dikehendaki Allah à kita harus menyesuaikan dengan kehendak Allah dan MENERIMAN APA YANG DIKEHENDAKI ALLAH = RIDHO

· Yang Dikehendaki Allah
Yang dikehendaki Allah ada 3 macam
1. Yang dikehendaki Allah TERHADAP DIRI KITA (مَا أَرَادَهُ اللهُ بِنَا)
2. Yang dikehendaki Allah TERHADAP ALAM SEMESTA (مَا أَرَادَهُ اللهُ بِالْكَوْنِ)
3. Yang dikehendaki Allah DARI DIRI KITA (مَا أَرَادَهُ اللهُ مِنَّا)

· YANG DIKEHENDAKI ALLAH TERHADAP DIRI KITA
(مَا أَرَادَهُ اللهُ بِنَا)
1. Misalnya Allah menghendaki diri kita besok mendapatkan ini dan itu à kita harus ridho menerimanya
2. Sesungguhnya, apa yang dikehendaki Allah terhadap diri kita sudah ditetapkan sejak umur kita 40 hari di dalam kandungan
a. ثُمَّ يُرْسَلُ إِلَيْهِ الْمَلَكُ فَيَنْفُخُ فِيهِ الرُّوحَ وَيُؤْمَرُ بِأَرْبَعِ كَلِمَاتٍ رِزْقِهِ وَأَجَلِهِ وَعَمَلِهِ وَشَقِيٌّ أَمْ َعِيدٌKemudian Allah mengutus malaikat, lalu meniupkan ruh dan ditetapkan empat ketetapan: rizkinya, ajalnya, amalnya, dan sengsera atau bahagia (HR. Ahmad)
3. Realisasi ketetapan tentu mudah bagi Allah
4. Apa yang dikehendaki Allah terhadap diri kita, kita sendiri tidak tahu
5. Ini termasuk alam ghaib (عَالَمُ الْغَيْبِ)
6. Besok kita kena musibah atau tidak, kita tidak tahu
7. Bahkan besok kita masih ada atau tidak, kita pun tidak tahu
8. Semuanya hanya Allah yang tahu
9. Pengetahuan Allah memang meliputi segala sesuatu (6:101)

· YANG DIKEHENDAKI ALLAH TERHADAP ALAM SEMESTA
مَا أَرَادَهُ اللهُ بِالْكَوْنِ
1. Apa yang dikehendaki Allah terhadap alam terlihat pada fenomena alam
a. Terjadinya malam dan siang
b. Pergerakan benda-benda langit
c. Keberadaan binatang-binatang dan tumbuh-tumbuhan
2. Juga terjadinya bencana alam: letusan gunung berapi, gempa bumi, hujan meteor, gerhana matahari dan gerhana bulan
3. Peristiwa hujan, adanya sungai-sungai di bumi, udara, lapisan-lapisan di atmosfir

Hukum Alam (سُنَّةُ اللهِ فِي الْكَوْنِ)
• Hasil penelitian-penelitian yang terus-menerus akhirnya dapat menangkap apa yang dikehendaki Allah di alam semesta ini à ternyata semua itu ada hukum-hukum yang mengatur alam (سُنَّةُ اللهِ فِي الْكَوْنِ)
– Adanya hukum gravitasi bumi
– Hukum termodinamika
– Hukum-hukum kimia
– Aliran listrik karena aliran elektron yang bermuatan negatif dan proton yang bermuatan positif
– dll

Pengkajian (اَلْبَحْثُ)
• Semua ketentuan-ketentuan Allah di alam semesta ini dapat kita ketahui karena kita mengkajinya
• Awal mula perkembangan ilmu pengetahuan dari pemikiran-pemikiran filsafat (Yunani), belum ada eksperimen
• Umat Islam sudah terbiasa memahami sesuatu dengan pembuktian, sehingga kemudian berkembanglah penelitian-penelitian ilmiah di dunia Islam
• Semua dilakukan dalam rangka beribadah kepada Allah, karena semua itu perintah Allah SWT (55:33, 88:17-20)
• Tersebutlah ilmuwan-ilmuwan Muslim, para pelopor iptek: Ibnu Sina (Avecina), Ibnu Rusyd (Averoes), Ibnu Hayyan, dll

Pemanfaatan (الاِنْتِفَاعُ)
• Hasil-hasil penelitian berupa berbagai cara pemanfaatan alam semesta
• Berkembanglah teknologi-teknologi yang berguna bagi manusia
• Akan tetapi, umat Islam kemudian mengalami kemunduran akibat jauh dari Islam à iptek berpindah ke Barat setelah mereka mempelajarinya dari universitas-universitas Islam
• Barat penuh dengan nafsu durjana dan angkara murka, sehingga iptek kemudian dikembangkan ke arah yang merugikan manusia, di samping yang bermanfaat bagi manusia à bom atom, nuklir, bom hidrogen, bom kimia

· YANG DIKEHENDAKI ALLAH DARI DIRI KITA
(مَا أَرَادَهُ اللهُ مِنَّا)
1. Kebanyakan kita sibuk memikirkan apa yang dikehendaki Allah TERHADAP KITA (bina), kurang memikirkan apa yang dikehendaki Allah TERHADAP ALAM, dan sangat kurang memikirkan apa yang dikehendaki Allah dari kita
2. Padahal yang “BINA” itu perkara yang ghaib, kita tidak mengetahuinya
3. Ghaib-nya yang “bina” itu sebenarnya juga merupakan rahmat Allah SWT